Sebelum kepalanya dipancung, kepala perompak telah memberinya sebuah
kesempatan untuk mengajukan satu permintaan. Tidak tiga seperti yang
biasa dia dengar dari cerita-cerita tentang jin dalam botol atau lampu
minyak. Satu permintaan yang akan dipenuhi oleh kepala perompak itu
sebelum acara pemenggalan kepalanya akan disiarkan ke seluruh penjuru
dunia melalui internet. Dia, harus memikirkan satu permintaan yang
elegan, tetapi tidak terlalu sulit untuk diberikan kepadanya.
"Jangan kira kalau kau meminta burger McDonald tidak akan dipenuhi oleh kepala perompak itu. Dia punya koneksi dengan intelejen Amerika," bisik teman satu selnya.
"Jangan juga kau minta diberi kesempatan menonton video JAV terbaru. Hal begitu mudah sekali didapatkan di pasar gelap atau didownload dari server-server di Indonesia," kata yang satunya lagi.
Dia tidak bisa melihat mereka karena sejak diculik dan dimasukkan ke dalam sel, matanya selalu ditutup dengan kain. Dia kira semua orang yang berada di dalam sel tahanan itu juga sama: sama-sama tidak bisa melihat karena matanya ditutupi kain. Tapi berita siapa yang akan dan telah dipenggal kepalanya selalu bisa mereka simak dari pembicaraan. Dia telah mengenali siapa saja yang tadi bicara. Yang mengatakan soal burger adalah John Alloway, seorang teknisi perminyakan asal Kanada. Yang bicara soal JAV adalah Teguh Sarkoro, ABK asal Indonesia. Dia sendiri adalah seorang misionaris sekaligus petugas kemanusiaan yang bergelar dokter. Orang-orang menyebutnya Martyr Doc.
Dia disebut begitu karena hampir selalu diterjunkan di daerah konflik di seluruh dunia, dimulai dari Bosnia sampai Kongo, Peshawar, dan waktu diculik di atas kapal, sedang mengarah ke Afrika Tengah. Negeri yang tengah dipecah belah oleh sektarian muslim dan kristen.
Bagi kepala perompak ini, kepala seorang Martir Doc sangatlah berharga. Di beberapa negara konflik, pihak-pihak yang bertikai menganggap keberadaan Martir Doc adalah ancaman karena seringnya dia memberitakan dan membocorkan keadaan sebenarnya dari mereka. Soal kekurangan gizi para pejuang misalnya. Belum lagi penyakit ganas yang tengah menyerang mereka. Akibat informasi itu, pihak musuh dengan mudah menemukan cara untuk menghancurkan mereka. Inilah berbahayanya keberadaan Martyr Doc bagi para pejuang itu. Karena itulah, pemenggalan kepalanya sudah pasti akan mendatangkan kucuran dana bagi kepala perompak dan gerombolannya. Dia sudah lama menginginkan sebuah kapal yang cepat dan dilengkapi persenjataan anti pesawat udara. Dengan memberitakan kematian Martyr Doc ke seluruh dunia, dia yakin bahwa kelompok-kelompok pejuang akan memberikan penghargaan pada upayanya tersebut.
Martyr Doc berpikir keras, sesuatu yang mudah dan elegan sebagai permintaan terakhirnya. Dia sudah berdoa semalaman dan dia tak mendengar suara pertolongan dari Tuhan. Dia merasa takdirnya sudah ditentukan besok: mati dengan kepala terlepas dari badan. Dalam perenungannya itu, dia tidak lagi bisa berkonsentrasi pada ayat-ayat kitab suci yang menceritakan bagaimana Stefanus yang dihukum rajam menyerahkan nyawanya pada Yesus yang tiba-tiba dilihatnya di langit-langit yang awannya seolah tersibak. Dia malah merasa terganggu dengan kilasan-kilasan dua video klip musik yang tak sengaja dilihatnya dalam perjalanan laut di dalam kapal kemarin-kemarin itu.
Salah satu video klip musik itu mengisahkan tentang anak lelaki hasil pernikahan campur antara lelaki kulit hitam dan perempuan kulit putih. Lelaki kulit hitam itu seorang pendeta, sehingga anak lelaki itu tumbuh dalam keluarga yang gerejawi. Selalu terlibat dalam doa pagi, doa makan, doa mau tidur, bahkan sangat rajin ikut retreat sekolah minggu. Justru, ketika retreat sekolah minggu itu, anak lelaki itu merasa jatuh hati pada teman lelakinya. Bertahun-tahun dia coba melupakan rasa bersalahnya, tetapi justru cintanya malah makin tumbuh. Dan akhirnya, meskipun ditentang, dengan restu dari ibunda saat anak lelaki itu dewasa, ia menikah dengan teman lelakinya di sebuah gereja yang dipimpin oleh pendeta perempuan. Ketika sampai adegan itu, Martyr Doc mengatakan pada teman-temannya di kapal, "Tak ada denominasi gereja yang mau menikahkan pasangan sejenis, sebenarnya." Dan tak satu pun dari orang-orang yang sedang berada di ruangan makan di kapal itu bersuara menanggapinya.
Lalu video klip satunya, yang juga dia saksikan ketika makan ( dia lupa makan pagi, siang, atau malam) di kapal itu mirip dengan video klip yang tadi, tetapi tokoh sentralnya adalah perempuan. Perempuan yang tumbuh dari ibu seorang feminis. Perempuan muda itu pada akhirnya ingin mengatakan pada dunia bahwa dia merasa dirinya sebagai pecinta sesama jenis. Lucunya, ibunya berusaha keras untuk menentang perempuan muda itu. "Dunia sedang sakit," keluh Martyr Doc. "Banyak orang ingin kembali ke jaman Luth. Di mana laki-laki suka laki-laki, dan perempuan suka perempuan." Lagi-lagi tak ada satu pun dari orang-orangg yang berada di ruangan makan itu kapal itu bersuara menanggapinya.
Sekarang, Martyr Doc tersenyum. Dia tahu apa yang akan dia lakukan sebagai permintaan terakhir darinya sebelum eksekusi pemenggalan kepalanya dilakukan. Segera dipanggilnya penjaga dengan suara lantang. John Alloway dan Teguh Sarkoro berbisik-bisik, tapi Martyr Doc tak mendengar dengan jelas bisikan-bisikan mereka. Dia berkonsentrasi apa pesan yang ingin dia sampaikan pada penjaga itu.
Plak! Penjaga itu menampar pipinya keras setelah Martyr Doc membisikkan perkataannya. "Tidak ada yang meminta seperti itu! Tidak bisa!"
"Tapi kalian sudah berjanji untuk memberikan apa pun yang aku minta sebagai permintaan terakhir."
"Ganti saja permintaanmu itu. Aku yakin Sang Ketua tidak akan mengabulkannya."
"Aku tak akan menggantinya. Itu permintaan terakhirku."
Penjaga itu pun pergi dan tak berapa lama terdengarlah keributan di ruang tahanan itu. Kepala perompak dan beberapa tokoh-tokoh tinggi dalam gerombolan itu datang ke ruang tahanan.
"Permintaan yang gila, Martyr Doc. Permintaan yang gila. Aku jijik mendengarnya," kepala perompak itu berkata dan diakhiri dengan suara orang meludah.
"Tapi karena aku menghormatimu, aku akan lakukan."
"Aku ingin melakukannya dengan mata terbuka," tiba-tiba Martyr Doc berkata.
Dengan bahasa isyarat, kepala perompak menyuruh beberapa anak buahnya membuka penutup mata Martyr Doc.
"Lepaskan juga ikatan tangannya. Aku rasa dia tak akan melawan." Lagi-lagi kepala perompak itu memberi perintah.
Dengan pistol di tangan, dia melambai pada Martyr Doc. Memberinya sebuah telepon genggam, lalu berkata,"Di Youtube, pasti ada video klip itu bukan? Nah, carilah dan putar. Aku ingin tahu adegan seperti apa yang kau inginkan."
Martyr Doc maju, menerima telepon genggam itu. Beberapa detik, jarinya mengetik pada telepon genggam itu. Dan tak lama kemudian sebuah lagu terdengar. Martyr Doc mengulurkan telepon genggam itu kembali pada kepala perompak. Selanjutnya, beberapa orang dari gerombolan turut menyimak layar telepon genggam yang berada di tangan kepala perompak itu.
"Najis! Haram! Dosa! Kurang ajar! Apa-apaan itu?!" Mereka mulai berkomentar.
"Jangan lakukan, Pak!"
"Astaga. Itu bertentangan dengan agama."
"Sudah. Bunuh saja dia. Tak perlu dituruti permintaannya."
"Biar aku saja yang membunuh orang gila ini."
John Alloway, Teguh Sarkoro, dan para tahanan yang ditutup matanya kemudian mendengar suara-suara saling bentak. Lama-lama makin tinggi dan nyaring. Kepala perompak terdengar beberapa kali membentak dan menyebut nama-nama dari mereka. Sampai akhirnya terdengar letusan pistol, rentetan tembakan dari AK47, beberapa suara mengaduh. John, Teguh, dan para tahanan yang ditutup matanya segera tiarap, jongkok, atau jatuh terduduk, akibat berlari dan berlindung dari tembakan-tembakan itu.
Setelah sunyi yang lama, John, Teguh, dan para tahanan lain yang tadi ditutup matanya, bertanya-tanya apa yang terjadi. Mereka mendengar suara beberapa orang mengaduh, ngorok dan tercekik seperti kehilangan nyawa, tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dan lamat-lamat terdengar orang berdoa, "Terimakasih Tuhan. Permintaan terakhirku untuk berciuman seperti sepasang laki-laki dalam video klip tentang persamaan hak untuk kaum LGBT telah mengakibatkan pertikaian dalam kelompok pemberontak itu. Dan meskipun aku tertembak dan akan mati kehabisan darah, tapi aku senang bisa menghancurkan mereka."
Jakarta, November 2014
"Jangan kira kalau kau meminta burger McDonald tidak akan dipenuhi oleh kepala perompak itu. Dia punya koneksi dengan intelejen Amerika," bisik teman satu selnya.
"Jangan juga kau minta diberi kesempatan menonton video JAV terbaru. Hal begitu mudah sekali didapatkan di pasar gelap atau didownload dari server-server di Indonesia," kata yang satunya lagi.
Dia tidak bisa melihat mereka karena sejak diculik dan dimasukkan ke dalam sel, matanya selalu ditutup dengan kain. Dia kira semua orang yang berada di dalam sel tahanan itu juga sama: sama-sama tidak bisa melihat karena matanya ditutupi kain. Tapi berita siapa yang akan dan telah dipenggal kepalanya selalu bisa mereka simak dari pembicaraan. Dia telah mengenali siapa saja yang tadi bicara. Yang mengatakan soal burger adalah John Alloway, seorang teknisi perminyakan asal Kanada. Yang bicara soal JAV adalah Teguh Sarkoro, ABK asal Indonesia. Dia sendiri adalah seorang misionaris sekaligus petugas kemanusiaan yang bergelar dokter. Orang-orang menyebutnya Martyr Doc.
Dia disebut begitu karena hampir selalu diterjunkan di daerah konflik di seluruh dunia, dimulai dari Bosnia sampai Kongo, Peshawar, dan waktu diculik di atas kapal, sedang mengarah ke Afrika Tengah. Negeri yang tengah dipecah belah oleh sektarian muslim dan kristen.
Bagi kepala perompak ini, kepala seorang Martir Doc sangatlah berharga. Di beberapa negara konflik, pihak-pihak yang bertikai menganggap keberadaan Martir Doc adalah ancaman karena seringnya dia memberitakan dan membocorkan keadaan sebenarnya dari mereka. Soal kekurangan gizi para pejuang misalnya. Belum lagi penyakit ganas yang tengah menyerang mereka. Akibat informasi itu, pihak musuh dengan mudah menemukan cara untuk menghancurkan mereka. Inilah berbahayanya keberadaan Martyr Doc bagi para pejuang itu. Karena itulah, pemenggalan kepalanya sudah pasti akan mendatangkan kucuran dana bagi kepala perompak dan gerombolannya. Dia sudah lama menginginkan sebuah kapal yang cepat dan dilengkapi persenjataan anti pesawat udara. Dengan memberitakan kematian Martyr Doc ke seluruh dunia, dia yakin bahwa kelompok-kelompok pejuang akan memberikan penghargaan pada upayanya tersebut.
Martyr Doc berpikir keras, sesuatu yang mudah dan elegan sebagai permintaan terakhirnya. Dia sudah berdoa semalaman dan dia tak mendengar suara pertolongan dari Tuhan. Dia merasa takdirnya sudah ditentukan besok: mati dengan kepala terlepas dari badan. Dalam perenungannya itu, dia tidak lagi bisa berkonsentrasi pada ayat-ayat kitab suci yang menceritakan bagaimana Stefanus yang dihukum rajam menyerahkan nyawanya pada Yesus yang tiba-tiba dilihatnya di langit-langit yang awannya seolah tersibak. Dia malah merasa terganggu dengan kilasan-kilasan dua video klip musik yang tak sengaja dilihatnya dalam perjalanan laut di dalam kapal kemarin-kemarin itu.
Salah satu video klip musik itu mengisahkan tentang anak lelaki hasil pernikahan campur antara lelaki kulit hitam dan perempuan kulit putih. Lelaki kulit hitam itu seorang pendeta, sehingga anak lelaki itu tumbuh dalam keluarga yang gerejawi. Selalu terlibat dalam doa pagi, doa makan, doa mau tidur, bahkan sangat rajin ikut retreat sekolah minggu. Justru, ketika retreat sekolah minggu itu, anak lelaki itu merasa jatuh hati pada teman lelakinya. Bertahun-tahun dia coba melupakan rasa bersalahnya, tetapi justru cintanya malah makin tumbuh. Dan akhirnya, meskipun ditentang, dengan restu dari ibunda saat anak lelaki itu dewasa, ia menikah dengan teman lelakinya di sebuah gereja yang dipimpin oleh pendeta perempuan. Ketika sampai adegan itu, Martyr Doc mengatakan pada teman-temannya di kapal, "Tak ada denominasi gereja yang mau menikahkan pasangan sejenis, sebenarnya." Dan tak satu pun dari orang-orang yang sedang berada di ruangan makan di kapal itu bersuara menanggapinya.
Lalu video klip satunya, yang juga dia saksikan ketika makan ( dia lupa makan pagi, siang, atau malam) di kapal itu mirip dengan video klip yang tadi, tetapi tokoh sentralnya adalah perempuan. Perempuan yang tumbuh dari ibu seorang feminis. Perempuan muda itu pada akhirnya ingin mengatakan pada dunia bahwa dia merasa dirinya sebagai pecinta sesama jenis. Lucunya, ibunya berusaha keras untuk menentang perempuan muda itu. "Dunia sedang sakit," keluh Martyr Doc. "Banyak orang ingin kembali ke jaman Luth. Di mana laki-laki suka laki-laki, dan perempuan suka perempuan." Lagi-lagi tak ada satu pun dari orang-orangg yang berada di ruangan makan itu kapal itu bersuara menanggapinya.
Sekarang, Martyr Doc tersenyum. Dia tahu apa yang akan dia lakukan sebagai permintaan terakhir darinya sebelum eksekusi pemenggalan kepalanya dilakukan. Segera dipanggilnya penjaga dengan suara lantang. John Alloway dan Teguh Sarkoro berbisik-bisik, tapi Martyr Doc tak mendengar dengan jelas bisikan-bisikan mereka. Dia berkonsentrasi apa pesan yang ingin dia sampaikan pada penjaga itu.
Plak! Penjaga itu menampar pipinya keras setelah Martyr Doc membisikkan perkataannya. "Tidak ada yang meminta seperti itu! Tidak bisa!"
"Tapi kalian sudah berjanji untuk memberikan apa pun yang aku minta sebagai permintaan terakhir."
"Ganti saja permintaanmu itu. Aku yakin Sang Ketua tidak akan mengabulkannya."
"Aku tak akan menggantinya. Itu permintaan terakhirku."
Penjaga itu pun pergi dan tak berapa lama terdengarlah keributan di ruang tahanan itu. Kepala perompak dan beberapa tokoh-tokoh tinggi dalam gerombolan itu datang ke ruang tahanan.
"Permintaan yang gila, Martyr Doc. Permintaan yang gila. Aku jijik mendengarnya," kepala perompak itu berkata dan diakhiri dengan suara orang meludah.
"Tapi karena aku menghormatimu, aku akan lakukan."
"Aku ingin melakukannya dengan mata terbuka," tiba-tiba Martyr Doc berkata.
Dengan bahasa isyarat, kepala perompak menyuruh beberapa anak buahnya membuka penutup mata Martyr Doc.
"Lepaskan juga ikatan tangannya. Aku rasa dia tak akan melawan." Lagi-lagi kepala perompak itu memberi perintah.
Dengan pistol di tangan, dia melambai pada Martyr Doc. Memberinya sebuah telepon genggam, lalu berkata,"Di Youtube, pasti ada video klip itu bukan? Nah, carilah dan putar. Aku ingin tahu adegan seperti apa yang kau inginkan."
Martyr Doc maju, menerima telepon genggam itu. Beberapa detik, jarinya mengetik pada telepon genggam itu. Dan tak lama kemudian sebuah lagu terdengar. Martyr Doc mengulurkan telepon genggam itu kembali pada kepala perompak. Selanjutnya, beberapa orang dari gerombolan turut menyimak layar telepon genggam yang berada di tangan kepala perompak itu.
"Najis! Haram! Dosa! Kurang ajar! Apa-apaan itu?!" Mereka mulai berkomentar.
"Jangan lakukan, Pak!"
"Astaga. Itu bertentangan dengan agama."
"Sudah. Bunuh saja dia. Tak perlu dituruti permintaannya."
"Biar aku saja yang membunuh orang gila ini."
John Alloway, Teguh Sarkoro, dan para tahanan yang ditutup matanya kemudian mendengar suara-suara saling bentak. Lama-lama makin tinggi dan nyaring. Kepala perompak terdengar beberapa kali membentak dan menyebut nama-nama dari mereka. Sampai akhirnya terdengar letusan pistol, rentetan tembakan dari AK47, beberapa suara mengaduh. John, Teguh, dan para tahanan yang ditutup matanya segera tiarap, jongkok, atau jatuh terduduk, akibat berlari dan berlindung dari tembakan-tembakan itu.
Setelah sunyi yang lama, John, Teguh, dan para tahanan lain yang tadi ditutup matanya, bertanya-tanya apa yang terjadi. Mereka mendengar suara beberapa orang mengaduh, ngorok dan tercekik seperti kehilangan nyawa, tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dan lamat-lamat terdengar orang berdoa, "Terimakasih Tuhan. Permintaan terakhirku untuk berciuman seperti sepasang laki-laki dalam video klip tentang persamaan hak untuk kaum LGBT telah mengakibatkan pertikaian dalam kelompok pemberontak itu. Dan meskipun aku tertembak dan akan mati kehabisan darah, tapi aku senang bisa menghancurkan mereka."
Jakarta, November 2014
Comments