Perempuan Mengusik Kenangan

Resensi buku : Selasar Kenangan

Judul Buku : Selasar Kenangan
Penulis : Anjar, dkk.
Penerbit : Akoer
Harga : Rp. 24.500
Tebal : xx+95

Buku ini sudah lama saya lihat covernya semenjak bergabung di Apresiasi-Sastra. Sebuah komunitas berbasis mailing-list yang banyak sekali dihuni oleh penulis-penulis yang kompeten di bidangnya. Buku ini merupakan hasil lomba cerita pendek yang diadakan sebagai peringatan ulang tahun pertama komunitas ini.
Lomba cerpen itu ditujukan untuk penulis perempuan dengan tema "Masa Kecil" dan dari 21 naskah yang masuk, setelah diseleksi oleh 13 kritikus lelaki, jadilah 10 naskah cerpen yang diterbitkan menjadi buku ini.

Penggagas Apresiasi-Sastra, Djodi Budi Sambodo, dalam kata pengantarnya menyebutkan salah satu tujuan dari karya-karya ini adalah menjernihkan kemanusiaan kita di tengah-tengah kepungan materi. Dan selaras dengan itu, maka 10 cerpen dalam buku ini benar-benar terasa begitu alami menstimulasi kenangan dari dalam diri kita.

Dalam cerpen pertama, Putaran Batu, persoalan yang sedang dihadapi oleh tokohnya tidaklah menjadi penting bagi kita. Tetapi yang ditonjolkan adalah pengalaman masa kecil yang pada akhirnya seakan-akan memberi kita kekuatan untuk bisa mengatasi ketakutan kita. Dan ketakutan masa kecil ternyata merupakan ketakutan karena ketidaktahuan kita sebagai kanak-kanak. Ketidaktahuan semacam itulah yang banyak dijabarkan sebagai titik awal penggalian masa kanak-kanak. Seperti pada cerita ; "Papa Menepuk Nyamuk, Sayang", "Jemputan Sepeda Mama", dan "Segiempat bukan Segitiga."

Namun di saat para penulis merenungkan bahwa masa kecil adalah bagian yang justru menjulur hingga masa kini, pembaca disuguhkan pada kesimpulan-kesimpulan kecil yang mau tak mau harus membuat kita tersenyum, meskipun kadang getir. Pada cerita "Dilarang Membenci Becak", dan "Sedikit Kenangan Tersisa".

Cerita terakhir, justru agak berbeda karena sebenarnya Achoi memang masih kecil, dan tokoh aku juga tidak sedang menceritakan masa lalu dirinya. Spoiler yang ada di belakang buku juga sama sekali tidak menggambarkan inti cerita sesungguhnya bahkan seakan berusaha mengecohkan harapan pembaca pada cerita "Sesuatu yang Bernama Kenangan".

Dari sisi lay-out dan tipologi, buku ini sepertinya memang dirancang sangat serius agar bisa dinikmati. Akan tetapi dua buah spoiler di belakang sampul buku ini benar-benar sesuatu yang seharusnya tidak perlu. Spoiler untuk "Hantu di Kamar Baru" membuat pembaca langsung bisa membaca apa sebenarnya yang ingin diutarakan oleh penulisnya.

Secara keseluruhan Selasar Kenangan sangat menarik untuk dibaca, hanya saja ketika membukanya di halaman awal saya cukup kaget melihat puisi kolaborasi yang disajikan itu. Saya kira itu adalah daftar isi karena ada angka dan nama. Cukup rumit.

Dedy Tri Riyadi.

Comments